Minggu, Mei 13, 2012

Kuliah Lapangan Technopreneurship ITS

Jam 06.00 ponselku berbunyi, aku pun terbangun dari tidurku. Terlihat ada 12 panggilan masuk. Teringat ketika sore harinya aku berbicara dengan temanku. "Besok kalo aku gak bangun miscall-in yah". Sial aku tidak mengharapkan hal ini terjadi. Hal yg seharusnya terjadi saat ini aku udah berada dalam bus.

Saat itu juga aku berpikir. "Masih sempatkah??". Aku akhirnya mengambil ponsel dan mengirim pesan. "Belum berangkat kan??". Setelah melihat pesan terkirim langsung menuju kamar mandi. Ya, mandi 3 menit pun selesai dan 5 menit kemudian sudah siap dengan tas punggungku.

Kembali aku melihat text message yang masuk ke hape cinaku. "Belum, buruan, udah siap semua nih". Dalam waktu yang bersamaan pun hujan turun. Keluar sudah kata-kata "misuh". Terpaksa menggedor-gedor temen kos sebelah kamar untuk meminjam jas hujan.

Jas hujan sudah terpakai, langsung kukebut sepeda motor. Saking buru-burunya, diriku lupa gak pake helm. Aneh rasanya memakai jas hujan tidak menggunakan helm. Dari jauh bus masih terlihat. "Alhamdulillah". Setelah memarkirkan "Jupiter MX" pada tempatnya langsung aku berlari ke arah bus. Belum sampai pada bus, diriku dipanggil oleh Pak Nurif, dosenku. "Kirain bakal diceramahin eh ternyata dapat kue, lumayanlah", kataku dalam hati. Temen-temenku ternyata sudah menunggu didalam bus. Akhirnya, selesai sudah perkara.

Bus pun berangkat. Tujuan pertama kuliah lapangan ini yaitu Rumah Makan Bebek Sinjai yang terletak di Bangkalan. Ya, Tujuan Kuliah Technopreneurship ini adalah Pulau Madura. Tak lama setelah melewati Jembatan Suramadu, kami(udah gak pake aku lagi, hehehe) pun tiba di Rumah Makan Bebek Sinjai.

Perutku ternyata tak bisa diajak kompromi, terpaksa ngantri toilet. Ternyata toiletnya jadi satu antara cowok dan cewek. Kritik nih buat Bebek Sinjai, hehehe. Oh iya beginilah keadaan di rumah makan Bebek Sinjai.




Disini kami ditugaskan untuk mewawancarai pelanggan. Rasa malespun muncul. Kata temenku, "Udah dikarang aja, hehehe". Pikiranku pun juga sama. Yah, tapi akhirnya kamipun mendekati seorang pelanggan dan mulai mewawancarainya. Beginilah suasana wawancara kami.
Tak lama kemudian kami kembali ke bus dan melanjutkan perjalanan. Tujuan kami selanjutnya adalah ke menara mercusuar peninggalan Belanda di Pantai Sembilangan. Jalan yang dilalui oleh bus kami cukup sempit, sehingga harus beberapa kali berhenti agar kendaraan dari jalur yang berlawanan bisa lewat. Pemandangan yang terlihat pada kiri kanan jalan pun lumayan bagus karena hijaunya pohon. Bu Yanti mengatakan bahwa menara mercusuar ini sebenarnya mau dijadikan obyek wisata. Tapi adanya perseteruan politik entah kenapa tidak jadi-jadi.

Kami pun turun dari bus dan melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Pemandangan di sisi kanan sangat bagus. Tapi sayang agak sedikit terganggu dengan adanya sampah yang mengotori sisi pantai.

Kami tidak langsung masuk ke dalam mercusuar tapi berkumpul dulu di lapangan untuk mendengarkan kuliah dari Bu Yanti. Bu Yanti kemudian menceritakan pengalaman hidupnya. Mulai dari kuliah yang berpindah-pindah selama 8 tahun, hingga proses kisah hidupnya di bidang enterpreneurship hingga akhirnya beliau bisa keliling dunia. Wow, mantep dah. Ada beberapa hal yang bisa diambil dari kuliah yang disampaikan oleh Bu Yanti. Yang pertama yaitu enterprenurship itu sendiri muncul karena beberapa hal, karen afaktor lingkungan, desakan hidup, bosan dengan kehidupan, dan karena memang sudah memiliki jiwa enterpreneurship. Yang kedua yaitu mengenai kunci sukses enterpreneurship, ada lima yaitu :

  1. Jujur
  2. Ibadah
  3. Zakat
  4. Beri hak kepada karyawan
  5. Jangan menghitung apa yang telah diberikan, dan hitunglah apa yang belum diberikan
Setelah kuliah selesai, kemudian dilanjutkan dengan permainan. Untuk yang cewek ada permainan menyusun korek api. Sedangkan yang cowok bermain dengan tali.
Akhirnya yang ditunggu-tunggu pun datang, kami diizinkan untuk masuk ke dalam mercusuar. Mercusuar ini terdiri dari 17 lantai. Untuk menaikinya tentu saja memakai tangga.

Sesampainya diatas kita bisa melihat view pemandangan yang bagus sekali. Terbayarlah dengan usaha untuk naik keatas.





Pada dinding mercusuar banyak coretan-coretan orang-orang yang tidak bertanggung jawab yang merusak keindahan mercusuar itu sendiri.
Pada bagian tengah mercusuar ini terdapat lorong yang digunakan untuk mengangkat lampu keatas mercusuar.


Papan nama yang tertera pada dinding mercusuar. Gak tau artinya apa, hahaha.
Yang ini di depan mercusuarnya.
Waktu kami di mercusuarpun habis. Mau tidak mau kami harus kembali ke dalam bus untuk melanjutkan perjalanan. Tujuan kami berikutnya adalah Masjid Syaikhona Kholil Bangkalan. Masjid ini sangat indah dan ramai pengunjung yang berziarah ke makam Syaikhona Kholil. Sebelum sampai ke mercusuar sebenarnya kami telah melewati masjid ini, tetapi sesuai jadwal kami akan mengunjungi setelah dari mercusuar.
Suasana di parkiran bus
Karena pengunjung yang terus bertambah, akhirnya di sekitar masjid banyak yang berjualan.
Menurut sejarah, KH. Muhammad Kholil dilahirkan pada 11 Jamadilakhir 1235 Hijriah atau 27 Januari 1820 Masehi di Kampung Senenan, Desa Kemayoran, Kecamatan Bangkalan, Kabupaten Bangkalan, Pulau Madura, Jawa Timur. Beliau berasal dari keluarga Ulama dan digembleng langsung oleh ayah Beliau. Setelah menginjak dewasa beliau ta’lim diberbagai pondok pesantren. Sekitar 1850-an, ketika usianya menjelang tiga puluh, Kiyai Muhammad Khalil belajar kepada Kiyai Muhammad Nur di Pondok-Pesantren Langitan, Tuban, Jawa Timur. Dari Langitan beliau pindah ke Pondok-pesantren Cangaan, Bangil, Pasuruan. Kemudian beliau pindah ke Pondok-Pesantren Keboncandi. Selama belajar di Pondok-Pesantren ini beliau belajar pula kepada Kiyai Nur Hasan yang menetap di Sidogiri, 7 kilometer dari Keboncandi. Kiyai Nur Hasan ini, sesungguhnya, masih mempunyai pertalian keluarga dengannya.
KH. Muhammad Kholil al-Maduri adalah seorang ulama yang bertanggungjawab terhadap pertahanan, kekukuhan dan maju-mundurnya agama Islam dan bangsanya. Beliau sedar benar bahwa pada zamannya, bangsanya adalah dalam suasana terjajah oleh bangsa asing yang tidak seagama dengan yang dianutnya. Beliau dan keseluruhan suku bangsa Madura seratus persen memeluk agama Islam, sedangkan bangsa Belanda, bangsa yang menjajah itu memeluk agama Kristian. Sesuai dengan keadaan beliau sewaktu pulang dari Mekah telah berumur lanjut, tentunya Kiyai Muhammad Kholil tidak melibatkan diri dalam medan perang, memberontak dengan senjata tetapi mengkaderkan pemuda di pondok pesantren yang diasaskannya. Kiyai Muhammad Khalil sendiri pernah ditahan oleh penjajah Belanda kerana dituduh melindungi beberapa orang yang terlibat melawan Belanda di pondok pesantrennya. Beberapa tokoh ulama maupun tokoh-tokoh kebangsaan lainnya yang terlibat memperjuangkan kemerdekaan Indonesia tidak sedikit yang pernah mendapat pendidikan dari Kiyai Muhammad Kholil al-Maduri .
Inilah suasana Masjid Syaikhona Kholil Bangkalan





Perjalanan pun kembali dilanjutkan. Tujuan selanjutnya yaitu Tresno Batik. Tresno Batik ini merupakan Home Industry Batik khas Madura yang sudah terkenal hingga mancanegara. Walaupun terletak pada gang yang sempit, usaha yang dijalankan oleh Ibu Supik Amin ini bisa sukses. Kuncinya adalah metode publikasi yang tepat. Disini kami menikmati suguhan Soto Jagung Khas Madura. Selain dengan industri batik, Ibu Supik Amin juga memiliki berbagai macam koleksi bonsai yang menawan dan juga kebun salak yang bisa dinikmati pengunjung dengan gratis.
Inilah suasana kebun bonsai milik Ibu Supik Amin.



Kemudian kami melihat-lihat galeri batik dan proses pembuatan batik tulis khas Madura ini.


Harga batik disini mulai dari ratusan ribu hingga jutaan. Tentu saja mahal, karena merupakan batik tulis. Yah, karena tidak punya uang, aku pun hanya lihat2 saja, hehehe. Karena hujan yang cukup deras akhirnya kami bertahan cukup lama disini. 
Selanjutnya kami menuju jembatan Suramadu. Disini terdapat banyak pedagang yang menjual makanan dan pernak-pernik khas Madura. Seharusnya kami berhenti disini untuk menganalisis pedagang, tetapi temen-temen udah pada malas turun bus. Hehehe bus akhirnya melanjutkan perjalanan menuju Surabaya. 
Kami berhenti di Restoran Makanan Padang yang cukup terkenal yaitu Rumah Makan Sederhana. Disini kami menikmati hidangan masakan Padang. Menu yang ditawarkan kepada kami (tentu udah dipesan sebelumnya) yaitu Rendang, Ayam Goreng, Ayam Bakar, Sate Padang, Martabak. Sayangnya aku lupa mengambil foto disini, hehe, jadi tidak ada dokumentasi. Setelah puas makan, kami melanjutkan perjalanan kembali ke kampus tercinta yang jaraknya sudah dekat, hahaha, jalan kaki aja bisa. Setelah sampai di ITS kami pun berpisah dan kembali ke tempat tinggal masing-masing.
Sekian dan terimakasih......

Cari Disini

Google